Sabtu, 26 Mei 2018


MEMBANGUN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SUNGAI


1.         PROFIL FKWA

a.    Latar belakang
Sungai Winongo adalah sungai yang berhulu dari merapi yang berada di Kabupaten Sleman, melewati kota Yogyakarta dan bermuara di Pantai Samas untuk winongo kecil dan di sungai Opak untuk Winongo besar.
Sungai Winongo sendiri memiliki 3 hulu yaitu sungai Denggung, Sungai Doso dan Sungai Duren yang keberadaannya di wilayah kecamatan Turi dan baru menjadi nama sungai winongo ketika sudah memasuki kecamatan Mlati kabupaten Sleman. Ditengah aliran sungai yang masuk ke kota ada aliran sungai kecil yang juga masuk ke sungai winongo yaitu sungai buntung.
Secara keseluruhan panjang sungai winongo dari hulu hingga hilir mencapai 49,7 Km . dan melewati 19 kecamatan dari hulu hingga hilir. Yaitu 6 Kecamatan di Kabupaten Sleman , 6 Kecamatan di Kota Yogyakarta dan 7 Kecamatan di Kabupaten Bantul. Dengan luas Das 12.300 ha.
Kondisi sungai winongo dari hulu hingga hilir mengalami berbagai persoalan diantaranya dari hulu sendiri kita temui adanya penebangan pohon pohon dan pengalihan lahan dari lahan untuk pohon pohon besar menjadi lahan – lahan pertanian , yang artinya di atas pohon pohon yang menjadi penyangga air menjadi tidak ada dan berakibat pada turunnya debit air. Sementara sumber sumber mata air yang ada di hulu di ambil untuk kepentingan komersial dijual untuk ketersediaan air bersih di kota. Setiap hari saja ada sekitar 30 truk tangki perhari yang mengambil air sumber di hulu sungai.  
Sementara di perkotaan sungai terus di desak dengan adanya pemukiman penduduk, sepadan dijadikan tempat tinggal, hal ini menjadikan sungai semakin sempit . ditambah prilaku masyarakat yang menjadikan sungai sebagai tepat pembuangan sampah dan juga buruknya sanitasi masyarakat dalam membuang limbah rumah tangga tanpa proses menjadikan kualitas air sungai tercemar.
Sedang di hilir  yang menampung aliran air sungai dari hulu dan tengah perkotaan menerima kualitas air yang buruk, padahal di bagian hilir air sungai winongo di manfaatkan untuk pertanian. 
Untuk mengatasi persoalan – persoalan Forum komunikasi Winongo Asri yang telah tergabung dalam satu lembaga penanganan sungai dari hulu hilir bersepakat untuk kembali merumuskan visi misi sesuai dengan kondisi yang ada  dengan memahami koridor sungai . Dimana penanganan  sungai dari hulu hingga hilir tidak bisa hanya menangani sungainya, tetapi harus juga di lihat sepadannya, permukimannya dan juga prilaku masyarakatnya.


b.    Sejarah Berdirinya
Forum Komunikasi Winongo Asri yang kemudian disingkat FKWA berdiri pada tanggal 16 Agustus 2009 dan di kukuhkan oleh Bapak Herry Zudianto Walikota Yogyakarta di kampung Serangan Kelurahan Notoprajan  Kecamatan Ngampilan Yogyakarta.  
Sebelum pengukuhan dilakukan sosialisasi ke masyarakat dengan dukungan dari Bappeda kota Yogyakarta dengan melibatkan 54 RW yang ada di kota Yogyakarta, yang kemudian dari 54 RW tersebut bersepakat untuk membentuk forum komunikasi dalam menangani permasalahan sungai dengan nama Forum Komunikasi Winongo Asri.
Dalam membangun koordinasi FKWA kemudian membagi wilayah kerjanya menjadi 3 zona yang di tandai dengan pembatas jembatan  yaitu :
1.     Zona utara  : dari jembatan Jambon sampai dengan jembatan PETA
2.    Zona Tengah : dari jembatan PETA sampai dengan jembatan Serangan
3.    Zona Selatan : dari jembatan Serangan sampai dengan Perbatasan Bantul Dongkelan.
Dan karena jangkauan komunikasinya masih sangat besar maka kemudian FKWA membagi lagi menjadi 8 titik / kelompok . dan setiap zona membawahi kelompok kelompok kecil tersebut. Dalam setiap kelompok di bentuk tidak melihat wilayah administrasi tetapi atas dasar wilayah geografis dengan melibatkan kanan – kiri sungai dan membatasi dengan jembatan kecil yang kemudian terbentuk 8 titik / kelompok . dimana setiap kelompoknya membawahi 7 – 10 RW  yang diantaranya adalah :
1.     Kelompok Becak Maju : dari jembatan jambon sampai  jembatan jatimulyo
2.    Kelompok Bendolole : dari jembatan Jambon sampai  jembatan kyai Mojo
3.    Kelompok Tombro: dari jembatan Kyai Mojo sampai jembatan PETA
4.    Kelompok Greskap :  dari jembatan PETA samapai jembatan merah
5.    Kelampok Pakalan :dari jembatan merah sampai jembatan Serangan
6.    Kelompok Wiranata : dari jembatan Serangan sampai jembatan Taman sari
7.    Kelompok Pandu Wijayan : dari jembatan Tamansari sampai jembatan Bugisan
8.    Kelompok Dukuh Julantoro : dari jembatan Bugisan sampai perbatasan Bantul
Dalam mengatasi persoalan di sungai  FKWA mengunakan pendekatan potensi, dimana masyarakat di ajak bermimpi  menata sungai , yang selanjutnya gambar gambar mimpi ini oleh Bappeda Kota di dorong lagi dengan adanya lomba penataan kawasan sungai. Di sini masyarakat yang terdiri dari 8 kelompok tadi di minta untuk menyusun proposal penataan kawasan sungai. Bagi pemenang selanjutnya akan di berikan dana stimulant untuk merealisasikan mimpi – mimpi penataan kawasan tersebut. Dan hal ini terbukti berhasil dengan kemudian pada tahun 2010 – 2011 dengan anggaran Bappeda Kota FKWA mampu merubah kawasan bantaran sungai yang penuh dengan sampah menjadi kawasan Ruang Terbuka Hijau.
Di sadari oleh FKWA bahwa menangani sungai tidak bisa hanya satu penggal di kota. Menangani sungai harus dari mulai hulu hingga hilir, menyadari hal tersebut FKWA Kota pada tahun 2013 mengajak masyarakat di Mlati Sleman untuk membentuk kelompok peduli sungai . dan dengan di fasilitasi BBWS.SO pada dibentuklah FKWA Sleman dan kemudian berlanjut ke pembentukan FKWA Sleman di hulu dan tengah juga .
Pada tahun yang sama juga dilakukan pembentukan kelompok di Kabupatan Bantul .  yang juga kemudian menjadi FKWA Bantul.  Yang selanjutnya dalam koordinasinya dari FKWA Kota kemudian FKWA Sleman, FKWA Bantul menjadi satu kesatuan dalam satu koordinasi FKWA DIY.

Slogan Forum Komunikasi Winongo Asri
“ WINONGO WISATAKU “

c.   VISI & MISI
VISI : 
 Mewujudkan Sungai Winongo Bersih, Sehat, Produktif . 

MISI :
1)     Melakukan upaya konservasi dan penyelamatan mata air untuk menjamin ketersediaan air baku.
2)   Melakukan upaya peningkatan lingkungan pemukiman dan permukiman yang sehat
3)   Meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat lingkungan sungai menjadi lebih produktif.
4)   Membangun perubahan prilaku atau budaya di masyarakat terhadap sungai Winongo
Dari visi misi tersebut lalu FKWA mencoba mengangkat 3 (tiga) isu strategis yaitu :
1.     Hulu :  Konservasi
Karena hulu adalah daerah penyangga yang menyediakan suplai air , maka upaya  konservasi dan penyelamatan amata air itu menjadi hal utama yang dilakukan di hulu sungai .
2.    Tengah : M3K (Mundur Munggah Madhep Kali)
Tengah yang merupakan wilayah perkotaan, musuh sungai adalah pemukiman. Sehingga gerakan M3K dimaksudkan untuk mengajak masyarakat mau menjauh dari bibir sungai minimal 3 meter dan menaikkan rumahnya serta menghadapkan rumahnya ke sungai.  Gerakan ini di maksudkan selain untuk mengembalikan ruang sepadan sungai, juga dalam rangka upaya mitigasi bencana. Dan jika sudh bersedia menjauh dari bibir sungai maka ruang yang ada bisa dijadikan jalan dan menangani masalah sanitasi.
3.    Hilir :  Suaka Ikan
Maksud dari kegiatan suaka ikan adalah mengajak masyarakat membudidayakan ikan ikan endemic yang ada di sungai. Selain itu tujuan dari Suaka Ikan adalah mengajak masyarakat untuk mengenali lingkungan sungainya dengan cara mengamati hewan hewan yang hidup di sungai, jika yang ditemui hanya ikan sapu sapu maka bisa dipastikan bahwa kualitas air sungai buruk dan itu bisa jadi kualitas air sumur warga yang ada di bantaran sungai juga pasti tercemar. 

d.    Struktur Organisasi
 Dalam menjalankan organisasi FKWA membangun struktur organisasi untuk memudahkan menjalankan program programnya  mencapai tujuan akhirnya .
Struktur FKWA
Ketua FKWA DIY                             :  Endang Rohjiani ,SH
Koordinator Program                       : A. Ariyanto Nugroho
            Bid. Pendampingan                :  Yoga Nugroho Utomo
            Bid. Pendidikan dan Pelatihan: Pajar Hatma Indra Jaya
            Bid. Penelitian dan Data      :  Haryo Jayeng Rono
            Bid. Advokasi                                     :  Unggul Ardhi
            Kesekretariatan                    : Marwan Arpans     
            Keuangan                                : Nur Fitri Indah Kumalasari
Koordinator wilayah Sleman           :  Waljiyanto
Koordinator Wilayah Kota              :  Oleg Yohan
Koordinator Wilayah Bantul                       :  Bardikari

Selanjutnya masing – masing coordinator wilayah Sleman, Kota dan Bantul dibantu oleh ketua – ketua kelompok yang ada . untuk wilayah Sleman terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok zona Utara, Tengah dan Selatan. Sedang untuk Kota dibantu dengan 8 kelompok yaitu kelompok Becak Maju, Kelp Bendolole, Kelp Tombro , Kelp Greskap,Kelp Pakalan, Kelp Wiranata, kelp Pandu wijayan, kelp Dukuh Julantoro . Dan untuk Koordinator Bantul dibantu oleh kelp Zona Utara, kelp Zona Tengah, kelp Zona Selatan dan kelp Zona Barat.


e.    Wilayah Kerja
Wilayah kerja FKWA meliputi : Panjang Sungai :50,4 Km . Luas Sub Das  : 12.300 Ha , Meliputi 3 Kabupaten/Kota :  Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Bantul.
Dengan Wilayah Yang Terdiri  Dari  19 Kecamatan  yaitu :
a.          Kabupaten Sleman ( 6 Kec )
1.      Kecamatan Turi
2.     Kecamatan Pakem
3.     Kecamatan Ngaglik
4.     Kecamatan Sleman
5.     Kecamatan Mlati
6.     Kecamatan Gamping
b.         Kota Yogyakarta ( 6 Kec ) :
1.       Kecamatan Tegalrejo
2.    Kecamatan Jetis
3.    Kecamatan Gedongtengen
4.    Kecamatan Ngampilan
5.    Kecamatan Patangpuluhan
6.    Kecamatan Mantrijeron
c.          Kabupaten Bantul ( 7 Kec ):
a.    Kecamatan Kasihan
b.    Kecamatan Sewon
c.    Kecamatan Bantul
d.    Kecamatan Jetis
e.    Kecamatan Pandak
f.    Kecamatan Kretek
g.    Kecamatan Bambanglipuro

2.  PROGRAM KERJA DAN KEGIATAN FKWA
Dalam upayanya menjalankan visi misi FKWA menyusun program untuk memudahkan mencapai tujuan yang di inginkan. Beberapa program yang di kembangkan dan telah dijalankan diantaranya :

  1. KONSERVASI,  PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN  SUMBER DAYA AIR
Description: K:\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20160131-WA0029.jpgDalam program konservasi beberapa kegiatan yang sudah dilakukan diantaranya :
1)   Penanaman Pohon
Kegiatan ini kita lakukan rutin dalam setiap kesempatan acara yang mengunakan bantaran sungai akan dilakukan penanaman pohon sebagai bagian yang wajib dilakukan. Dan secara masal
biasanya di lakukan setahun sekali , dengan melibatkan berbagai pihak dan dilakukan dari hulu hingga hilir. Setidaknya sudah ada lebih dari 30.000 pohon yang sudah ditanam sejak tahun 2009 , tahun 2014 saja kita tanam pohon sebanyak 2.500 pohon dan pada awal tahun 2016 gerakan penanaman pohon sebanyak 10.000 bekerjasama dengan TNI yang ditanam dari hulu hingga hilir. Sedang untuk pohonnya di dapat dari bantuan Balai Das dan Perhutani.

2)   Pemasangan patok Batas Lindung Sungai.
Pemasangan patok batas lindung sungai dimaksudkan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembangunan melebihi batas lindung tersebut. Pemasangan patok batas lindung sebagai bagian dari poses pendidikan ke masyarakat untuk memahami batasan sepadan sungai.  Kerjasama dengan Balai Besar Sungai Serayu Opak (BBWS.SO) dan PU DIY.

3)   Penyelamatan dan Pemanfaatan sumber mata air
Penyelamatan sumber air kita lakukan dengan memberi papan nama dan juga memberi bak – bak tampung , sebelum semua air masuk ke sungai. Tujuannya untuk mengingatkan bagi pemerintah maupun siapapun yang akan membangun talud, untuk bisa melihat keberadaan mata air dan bisa ikut serta melindungi.
Pemanfaatannya untuk sumber mata air di gunakan untuk kebutuhan masyarakat bantaran sungai dalam memenuhi kebutuhan air bersih, hal ini sudah dilakukan untuk pam kampung yang di kelola  B2W ( banyu Bening Winongo) di Badran RW 11 dengan menyalurkan airnya ke rumah rumah dan saat ini sudah ada 55 KK yang memakai , dan akan terus bertambah . untuk program ini FKWA kerjasama dengan Yayasan Kota Kita, PU ESDM DIY, Kimpraswil Kota Yogyakarta.

4)   Suaka ikan dan Penebaran benih ikan 
Suaka Ikan adalah satu upaya budidaya ikan endemic yang ada di sungai winongo. Tetapi selain untuk menggerakkan budidaya ikan endemic . Gerakan Suaka Ikan dimaksudkan untuk mengajak masyarakat mengenali kehidupan di  sungai, di mana ikan – ikan endemic ataupun hewan hewan yang lainnya bisa hidup. Tetapi jika masyarakat tidak bisa menemukan berapa jenis hewan yang ada di sungai dan hanya bisa menemukan ikan sapu sapu , maka bisa di pastikan bahwa sungai tercemar. Jadi suaka ikan di sini juga sebagai indicator pengamatan sungai bagi masyarakat untuk melihat kualitas air sungai.
Penebaran benih dilakukan dalam setiap kesempatan dan dalam setiap kegiatan yang dilakukan di sungai , maka di wajibkan bagi penyelenggara untuk menebar benih ikan. Kegiatan ini kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan DIY, Dinas Perikanan Kabupaten/Kota.

  1. PENATAAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN PERMUKIMAN  : PENYELAMATAN SEPADAN DAN GERAKAN M3K  (MUNDUR MUNGGAH MADHEP KALI)
1)   Penyelamatan Sepadan dengan pembuatan Ruang terbuka Hijau
Upaya penyelamatan sepadan terutama di perkotaan dilakukan dengan menjadikan sepadan sebagai ruang terbuka hijau. Hal ini perlu dilakukan karena di perkotaan sepadan seringkali di gunakan oleh warga sebagai tempat pembuangan sampah, kandang ayam dan juga jadi rumah warga.  Sejak tahun 2009 hingga sekarang sudah ada 8 titik diperkotaan , bantaran sungai di manfaatkan untuk ruang terbuka hijau. Dukungan program Ruang Terbuka hijau di dapat FKWA dari kerjasama Bappeda Kota , BLH Kota dan BLH DIY.

2)   Penyelamatan sepadan dengan  program M3K.
Upaya penyelamatan juga dilakukan dengan program M3K ( Mundur, Munggah, Madhep Kali). Tujuan dari program ini adalah mengajak masyarakat untuk mau Description: C:\Users\My Comp\Pictures\FB_IMG_1472459780607.jpgmengeser rumahnya yang ada di pinggir sungai minimal 3 meter dengan maksud mobil ambulance bisa masuk. Selain itu sebenarnya dengan mundur minimal 3 meter maksimal 15 meter  maksudnya adalah memberikan ruang bagi sungai dan juga memberikan pencegahan terhadap bencana banjir.  Kemudian Munggah artinya adalah rumah setelah di geser kemudian bisa di mulai dengan program rumah tingkat untuk mengembalikan ruang yang terpotong karena harus mundur. Dan yang terakhir Madhep Kali maksudnya adalah mengajak masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai halaman depan. Karena jika sungai jadi halaman depan maka bisa dipastikan bahwa sungai akan lebih bersih, orang buang sampah malu karena terlihat dengan tetangganya. Dan jika ada peningkatan debit air, masyarakat bisa segera tahu perubahan yang terjadi di sungai.  Untuk pelaksanaan kegiatan M3K , FKWA kerjasama dengan PU ESDM DIY, Kimpraswil Kota .

3)   Pembuatan Ipal komunal
Persoalan perkotaan adalah masalah limbah rumah tangga yang tanpa pengelolaan langsung masuk ke sungai dan hal ini menjadikan kualitas air sungai  menjadi tercemar.  Untuk menjawab masalah tersebut kami mengusulkan adanya Ipal Komunal yang berbasis masyarakat. Karena pembangunan ipal tanpa pelibatan masyarakat hanya akan jadi monument. Untuk itu peran FKWA mengawal proses usulan hingga pembangunan dan pembentukan kelompok untuk pengelolaan Ipal Komunal. Sementara untuk lokasi lokasi yang tidak ada bisa di buat Ipal Komunal menggunakan Biofil.

4)   Pembuatan sumur resapan sehingga air hujan tidak lagi langsung ke sungai yang berakibat banjir.
Sumur resapan adalah salah satu cara mengurangi bencana banjir dan juga bencana kekeringan. Bagi FKWA mendorong setiap RW untuk membuat sumur resapan adalah sebuah kewajiban dalam upaya mitigasi bencana kebanjiran dan kekeringan. Karena dengan memiliki Description: K:\DCIM\Camera\IMG_20160318_094737.jpgsumur resapan di setiap RW air hujan tidak langsung ke sungai tapi meresap ke tanah yang artinya itu akan membantu ketersediaan air bersih di tanah untuk menghadapai musim kering. Di perkotaan setiap RW memiliki minimal 5 titik sumur resapan yang sudah di buat bersamaan program panangan kumuh di perkotaan pada tahun 2015.
Selain itu FKWA bekerjsama dengan Yayasan Hardjoso mencoba membuat sumur talang dimana fungsinya sama dengan sumur resapan.

5)   Melakukan pemanenan air hujan
Pemanenan air hujan juga menjadi solusi dalam melakukan upaya mitigasi bencana kekeringan dan mengurangi banjir, dengan cara menangkap air hujan yang di masukkan ke tangki air dan selanjutnya air hujan bisa di gunakan untuk keperluan sehari hari.  Sampai saat ini sudah ada 20 bak pemanenan air hujan yang ada di masyarakat bantaran sungai winongo khusunya di wilayah kecamatan Pandak .

  1. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1)   Pembentukan kelompok peduli sungai
Dalam upaya menjaga sungai yang paling penting untuk bisa melibatkan semua warga terlibat dalam pengelolaan sungai adalah dengan membuat kelompok peduli sungai.
Di mulai pada tahun 2009 di kota Yogyakarta FKWA yang saat itu sudah melibatkan 54 RW yang ada di sepanjang sungai winongo perkotaan, untuk memudahkan koordinasi membentuk kelompok dan kelompok itu adalah:
1.     Kelompok Becak Maju
Asal kata Becak Maju dari penggabungan nama kampung yang terdiri dari kampung Bener yang ada di sisi barat sungai dan kampung Kricak yang ada di sisi timur sungai.  Yang terdiri dari RW 01, RW 03, RW 07 Bener dan RW 01, RW 02, RW 06 Kricak
2.    Kelompok Bendolole Asri
Nama Bendolole diambil dari nama Bendung bangun Belanda  yang ada di wilayah tersebut. Kelompok ini terdiri dari wilayah RW 04, RW 05 Bener dan RW 03, RW 08, RW09, RW 13 Kricak serta RW 03 Bumijo.
3.    Kelompok Tombro
Tombro singkatan dari nama kampung yang ada di wilayah tersebut yaitu kampung Tompeyan , kampung Badran dan kampung Pringgokusuman. Yang terdiri dari RW 01, RW 09, RW 11 Bumijo, RW 01, RW 03 Tegalrejo, dan RW 01 Pringgokusuman.
4.    Kelompok  Greskap 
Kelompok ini ada di titik 4 FKWA  mengunakan nama Greskap karena kelompok ini terdiri dari 2 kampung yang ada di kanan kiri sungai yaitu kampung Saudagaran dan kampung Pringgokusuman . yang terdiri dari RW 02,RW 03, RW 22, RW 25 Pringgokusuman dan RW 10, RW 11, RW 12 Saudagaran.
5.    Kelompok Pakalan
Bernama Pakalan karena meliputi dua kampung yang ada yaitu kampung Pakuncen di barat sungai dan kampung Ngampilan di timur sungai dengan wilayah RW yang meliputi Pakuncen RW 03,RW 08 Rw 10, RW 11 dan Kampung Ngampilan yang meliputi RW 01 dan RW 02.
6.    Kelompok Wiranata
Wiranata pengabungan dari dua wilayah yaitu nama kampung Wirobrajan yang meliputi RW 05, Rw 06 RW 07, RW 09 dan Kampung Notoprajan yang meliputi RW 01, RW 02, RW 03, RW 04 .
7.    Kelompok Pandu Wijayan
Meliputi dua wilayah kanan kiri sungai yaitu Kampung Patangpuluhan yang terdiri dari RW 06, RW 07 RW 10 dan Kampung Suryowijayan Gedongkiwo RW 01,RW 02 RW 06 .
8.    Kelompok Dukuh Julantoro
Wilayan ini berbatasan dengan wilayah Bantul sebelah timur sungai Kota Yogyakarta dan sebelah barat sungai masuk wilayah Kabupaten Bantul. Untuk kelompok ini yang kebetulan hanya terdiri dari satu wilayah yaitu wilayah Kelurahan Gedongkiwo yang terdiri dari RW 08, RW 09, RW 11,RW 12, RW 14, RW 15,RW 17,RW 18. Nama Dukuh Julantoro diambil dari nama Kampung Dukuh dan Julantoro karena ada irigasi yang namanya Julantoro.

Pada tahun 2013 FKWA kota mengajak wilayah hulu – hilir untuk bergabung dan membentuk kelompok peduli sungai dan terbentuklan untuk hilir FKWA Bantul yang terdiri dari 7 Kecamatan terbagi dalam 4 zona yaitu :
a.    Zona Utara : meliputi Kecamatan Kasihan , Kecamatan Sewon
b.    Zona Tengah : meliputi Kecamatan bantul , Kecamatan Jetis
c.    Zona Selatan : kecamatan Bambanglipuro , kecamatan Kretek
d.    Zona Barat : kecamatan Pandak
Pada tahun yang sama juga dilakukan di hulu dengan nama kelompok FKWA Sleman terdiri dari 6 Kecamatan membagi wilayah koordinasi menjadi 3 yaitu :
1.     Zona Utara : meliputi wilayah Kecamatan Turi,Kecamatan Pakem
2.    Zona Tengah : meliputi kecamatan Ngaglik , Kecamatan Sleman
3.    Zona Selatan : Meliputi Kecamatan Mlati , kecamatan Gamping

2)   Pendampingan masyarakat
Description: D:\KUMPULAN FOTO\FKWA 2014\SAM_3004.JPG
Add caption
Proses pendampingan dilakukan FKWA dengan rutin melakukan kegiatan kegiatan diskusi , memulai dengan mengali potensi , menemukan masalah , mencari solusi bersama. Pertemuan di masing masing kelompok biasanya mereka punya jadwal sendiri sendiri, sesekali FKWA akan menfasilitasi pertemuan besar untuk koordinasri antar FKWA Sleman, Kota dan Bantul.
Pendampingan juga dilakukan untuk membantu merumuskan usulan program, melakukan dengan cara membuat perencanaan bersama, mengusulkan ke pemerintah dan mengawal setiap usulan untuk bisa terrealisasi dengan baik sesuai kebutuhan masyarakat. Pendampingan juga dilakukan untuk menghadapai masalah masalah terkait penyerobotan sepadan sungai. Beberapa kasus yang muncul diantaranya pembangunan talud pribadi yang mematikan mata air, penyerobotan tanah public di pinggir sungai untuk perumahan. Solusi yang kita ambil dalam penangan tersebut adalah melakukan laporan ke pihak pihak yang berwenang.

3)   Penguatan kelembagaan
Penguatan kelembagaan dilakukan untuk memantapkan gerak langkah FKWA dan kelompok kelompok kecilnya dalam bentuk bentuk diskusi, pelatihan dan praktek langsung dilapangan. Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan adalah :
1.       Pelatihan TOT bagi Ketua RW dan tokoh masyarakat yang peduli sungai
2.       Pelatihan TOF untuk anak muda
3.       Diskusi – diskusi terkait dengan masalah masalah sungai dengan mengundang pakar pakar yang konsen di bidangnya dari perguruan tinggi maupun dari paktisi serta pemerintah.
4.       Study banding ke Ecoton

4)   Merti Kali / Prokasih ( program kali bersih )
Merti kali atau prokasih (program kali bersih) dilakukan rutin bersama masyarakat, kegiatan ini dilakukan mandiri oleh warga dan juga kerjasama dengan BLH Kota maupun BLH DIY. Dalam kegiatan merti kali ini melibatkan warga kanan kiri sungai, tidak hanya mengenai bagaimana membersihkan sungai dari sampah. Tetapi melalui kegiatan ini juga muncul silaturahim antara warga kanan kiri sungai dan berdampak peningkatan kepedulian bersama untuk menjada sungai. Ketika awalnya kegiatan merti kali hanya sebatas bersih bersih sungai dari sampah, pada perkembangannya dalam setiap kegiatan merti kali mulai dilakukan pemetaan potensi sungai, dari mulai melihat mata air untuk di jaga, menemukan titik sampah dan titik limbah . semua temuan temuan itu kemudian akan menjadi pembahasan pada pertemuan pertemuan selanjutnya.
Kegiatan merti kali ini dilakukan 3 bulan sekali dengan support BLH kota maupun kabupaten , sedang untuk kegiatan merti kali yang di dukung BLH DIY dilakukan setahun 8 – 12 kali .

5)   Pengelolaan Sampah Mandiri
Problem utama sungai adalah sampah. Dan ini ada terkait dengan prilaku masyarakat yang menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah terpanjang dan terbesar. Untuk mengatasi prilaku tersebut tidak cukupDescription: K:\foto pertemuan2fkwa\IMG_0464.JPG dengan melarang. Oleh karena itu FKWA bekerjasama dengan BLH Kota mendorong masyarakat untuk membuat bank sampah sebagai solusi dalam pengelolaan sampah mandiri dan menjadikan masyarakat tidak lagi buang sampah di sungai. Saat ini di kota Yogyakarta yang mewajibkan setiap RW ada Bank sampah, setidaknya sudah ada 54 RW  dari 57 RW yang ada di bantaran sungai kota Yogyakarta yang mengelola sampah secara mandiri.  Sedang untuk wilayah kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul saat ini juga di dorong untuk melakukan hal yang sama.

6)   Penguatan ekonomi masyarakat
Penguatan ekonomi yang kami lakukan bukan memberi modal. Tetapi kami mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga sungai , karena jika sungai bersih , sehat lingkungannya maka dengan sendirinya masyarakat akan suka datang ke sungai untuk sekedar melepas lelah.
Mimpi FKWA adalah winongo wisataku dan dengan menjadikan sungai sebagai salah satu alternative wisata maka perekonomian warga bantaran sungai juga akan meningkat. Hal ini sudah terbukti dengan adanya penataan kawasan sungai winongo  di titik 1 Becak Maju dengan menjadikan kawasan tersebut sebagai kampung wisata, saat ini beberapa warung makan mulai muncul untuk memenuhi kebutuhan warga yang datang.

7)   Festival winongo
Festival winongo adalah media kampaye bagi FKWA untuk mengajak masyarakat peduli sungai. Kegiatan ini Description: H:\f kegiatan winongo maret 3012\103___03\IMG_1313.JPGdilakukan setahun sekali dan biasanya akan dilakukan bulan September – Oktober.   Di dalam kegiatan festival berbagai acara di gelar dari mulai lomba melukis dan mewarnai dengan tema sungai, bazar potensi sosial dan ekonomi masyarakat , penanaman phpn , penebaran benih dan pentas seni sebagai cara untuk menyampaikan bahwa sungai adalah ruang yang nyaman untuk berinteraksi untuk itu sungai harus di jaga , di pelihara dan di lestarikan. 


  1. PAWIYATAN  WINONGO ASRI (SEKOLAH SUNGAI )
Pawiyatan Winongo Asri adalah sekolah sungai yang  bertujuan membangun kepedulian dan prilaku masyarakat terhadap lingkungan sungai. Harapannya melalui Pawiyatan Winongo Asri ini pengenalan tentang sungai akan lebih efektif. Kegiatan Pawiyatan Winongo Asri ini dilakukan dari mulai anak anak hingga dewasa dengan melibatkan anak anak PAUD/TK , SD,SMP ,SMA dan juga mahasiswa. Pelibatan anak anak sekolah ini untuk memberikan pendidikan sejak dini tentang lingkungan sungai. Beberapa materi diberikan mulai dari pengenalan sungai potensi dan masalahnya, pengelolaan sampah mandiri sebagai solusi pengurangan sampah dan juga memberi pemahaman anak anak tentang kualitas air dengan cara biotilik.
Description: K:\111___11\IMG_1772.JPGKegiatan ini juga melibatkan sekolah sekolah adiwiyata . beberapa kegiatan yang sudah kita lakukan diantaranya :
1.     Penyusunan modul sekolah sungai
2.    Workshop sekolah sungai
3.    Sekolah sungai bersama anak – anak TK,SD, SMA dengan materi Biotilik
4.    Diskusi bersama dengan pemuda terkait sungai .




3.    DAMPAK PENATAAN KAWASAN SUNGAI
Dampak dari kegiatan yang telah dilakukan oleh Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) diantaranya :
a.    Adanya perubahan prilaku yang semula buang sampah ke sungai saat ini sudah mulai berkurang dengan adanya solusi Bank Sampah yang saat ini di kota ada 54 Bank Sampah yang di sepanjang sungai winongo.
b.    Adanya perubahan kondisi yang semula pinggir sungai adalah tempat sampah saat ini dudah di rubah menjadi satu kawasan hijau dan jadi ruang public.
c.    Sudah adanya pengurangan karamba yang ada di tengah sungai karena menghambat arus air sungai.
d.    Di kota Yogyakarta bantaran sungai yang awalnya adalah tempat sampah dan kandang ayam sekarang sudah ada 8 lokasi yang di benahi dan menjadi Ruang Terbuka Hijau di bantaran sungai.
e.    Gerakan peduli sungai yang di mulai FKWA dari kota Yogyakarta tahun 2009 , telah berhasil mengajak masyarakat bantaran sungai yang ada di hulu sungai winongo dan hilir sungai winongo dengan terbentuknya FKWA Sleman dan FKWA Bantul.
f.    Kegiatan – kegiatan FKWA juga sudah di tiru oleh komunitas komunitas yang lainnya dengan tumbuhnya komunitas komunitas sungai yang saat ini ada banyak di kota Yogyakarta maupun di wilayah lainnya.
g.    Adanya penghargaan yang diterima oleh FKWA sebagai salah satu komunitas sungai yang melakukan upaya penataan kawasan sungai terbaik oleh PU pada tahun 2013.

4.    DUKUNGAN DAN KERJASAMA
FKWA tidak mungkin bekerja sendiri dalam upayanya menjaga sungai dan melakukan upaya bersih sungai. Ada berbagai pihak yang terlibat didalamnya dalam upaya menjaga sungai diantaranya :
a.    Bappeda Kota – bekerjasama dengan FKWA sejak awal berdirinya hingga sekarang dalam upaya melakukan pendampingan masyarakat dalam menyusun rencana penataan kawasan dan memasukkannya kedalam usulan program ke musrenbang sungai. Bappeda Kota juga yang sejak awal membantu pendanaan dalam penataan kawasan sungai di bantaran dengan Ruang terbuka hijau melalui lomba yang di selenggarakan sehingga masyarakat bisa mengusulkan penataan kawasan sungai sesuai dengan ide dan gagasan masyarakat.  Pembangunan Ruang Publik yang dilakukan bersama dengan Bappeda Kota adalah penataan kawasan di titik 1 Becak Maju, titik 3 tombro, titik 4 Greskap, titik 6 Wiranata, Titik 8 Dukuh Julantoro.
b.    BLH Kota – kerjasama yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi pengelolaan sampah mandiri dan pendirian Bank Sampah , Program kali bersih dimana setiap tiga bulan sekali dilakukan kerjabakti bersama bersih – bersih sungai dan juga pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang dilakukan BLH Kota di bantaran sungai  yaitu di RW 18 Gedongkiwo,  RW 11 Bumijo dan RW 3 Bener.
c.    BLH Kabupaten Bantul dan Sleman – kerjasama dilakukan dalam bentuk pendampingan , sosialisasi dan juga bersih sungai bersama masyarakat.
d.    BLH DIY – kerjasama dilakukan dalam bentuk sosialisasi pengelolaan sampah dan juga kegiatan Merti Kali serta pembuatan Ruang Terbuka Hijau.
e.    PU – PSDA – kerjasama dilakukan dalam bentuk pendampingan masyarakat dalam upaya membangun kesadaran masyarakat untuk peduli sungai.
f.    PU – ESDM – Satker bankim – kerjasama dengan FKWA dalam bentuk penanganan kawasan kumuh tahun 2015.
g.    PU – SDA – kerjasama dalam bentuk kegiatan kegiatan festival dan pendampingan masyarakat.
h.    BBWS.SO – kerjasama dilakukan dalam bentuk pendampingan masyarakat.
i.      Univ. Kristen Duta Wacana –(UKDW) kerjasama dilakukan dalam bentuk pendampingan masyarakat dalam upaya penataan kawasan sungai.
j.     UGM – kerjasama pendampingan dan KKN tematik
k.    Yayasan HDS – kerjasama pendampingan
l.      Sekolah SD Winongo dan SMA N 2 Bantul kerjasama dalam sekolah sungai.
m.   LSM satunama – kerjasama dalam pendampingan dan peningkatan kapasitas SDM FKWA.

5.    KENDALA – KENDALA
Kendala – kendala FKWA  dalam upaya mewujudkan sungai bersih, sehat dan produktif adalah :
a.    Merubah prilaku masyarakat dalam membuang sampah ke sungai, karena dari masyarakat bantaran sungai sadar tetapi masyarakat yang diluar bantaran sungai masih saja ada yang buang sampah lewat jembatan, dan hal ini menjadi kesulitan tersendiri untuk melakukan upaya peneguran maupun melakukan tidakan peringatan karena biasanya mereka mengendarai motor dan dilakukan malam hari.
b.    Masih adanya pola pikir dimasyarakat bahwa menata sungai harus talud massif, padahal ini tidak selalu benar, sehingga upaya membangun kesadaran masyarakat khusunya diperkotaan untuk tidak selalu mentalud massif bantaran sungai menjadi usaha tersendiri bagi FKWA , disamping pemerintah sendiri yang juga harus bisa merubah kebijakan penalutan massif menjadi talud yang ramah lingkungan.
c.    SDM di FKWA semua masih relawan dan ini menjadi kesulitan tersendiri dalam upaya terus menjaga semangat dan melakukan upaya kaderisasi . di butuhkan managemen SDM yang memadahi untuk menjaga lembaga ini dalam upayanya menjaga sungai.
d.    Tidak adanya peralatan seperti alat pemotong kayu dan juga kendaraan roda tiga yang dibutuhkan untuk membersihkan sungai, karena sungai kadang tertutup oleh bambu dan medan yang sempit menjadikan kesulitan tersendiri untuk mengeluarkan sampah dari sungai. Jadi sangat penting bagi kami untuk ada alat alat yang bisa mendukung membersihkan sungai.

6.    HARAPAN
Harapan yang ingin di capai oleh FKWA dalam melakukan upaya pengelolaan dan penataan kawasan sungai winongo, ingin menjadikan sungai winongo sebagai tempat wisata pendidikan bagi masyarakat.
Untuk bisa mencapai hal tersebut beberapa harapan yang ingin di wujudkan untuk mendukung harapan tersebut diantaranya adanya pendampingan untuk peningkatan kapasitas SDM pengelola atau pegiat sungai.  Membangun system informasi pengelolaan sumber daya air dalam bentuk web ataupun media sosial lainnya, membangun gerakan sosial peduli sungai sebagai bagian dari gaya hidup anak muda,  dan yang lebih penting adalah FKWA sangat berharap ada bantuan modal usaha untuk membuat souvenir dan alat atau media pendidikan sekolah sungai sebagai usaha membangun system pendanaan guna menjalankan  program program dan kegiatan FKWA dalam menjaga sungai.

7.    RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana kedepan FKWA dalam upaya menjaga sungai adalah mengelolanya dari hulu hingga hilir, dengan memahami koridor sungai sebagai batasan dalam melakukan upaya penataanan kawasan sungai. Dan menggunakan konsep satu sungai, satu perencanaan dan satu manajemen. Karena mengelola sungai tidak bisa lepas antara hulu dan hilir.
FKWA juga akan terus melakukan penguatan SDM pengelola dan melakukan kaderisasi dengan sasaran anak muda, agar supaya sungai tetap terus terjaga dari generasi ke generasi.
Membangun system informasi terpadu terkait pengelolaan sumber daya air yang ada di sungai winongo .
Menjadikan kawasan kawasan strategis di sungai winongo sebagai kawasan wisata pendidikan dan membangun unit usaha sebagai upaya kemandirian organisasi FKWA dalam usaha menjaga sungai.

8.    PENUTUP
Peran masyarakat dalam upaya penataan kawasan sungai winongo telah dibuktikan oleh Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) sejak tahun 2009.  FKWA telah berhasil melakukan upaya penataan kawasan bantaran sungai yang awalnya kumuh menjadi satu area ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan. FKWA juga telah berhasil mengajak masyarakat yang ada di hulu sungai winongo hingga hilir winongo terlibat dalam menjaga sungai. Hal ini terbukti dengan terbentuknya FKWA Sleman dan juga FKWA Bantul .  dan dengan konsep penanganan satu sungai satu perencanaan dan satu lembaga FKWA telah berhasil menyatukan masyarakat dari hulu hingga hilir dalam satu kesatuan lembaga pengelolan sungai yaitu FKWA.
Meskipun sungai winongo melewati batas admisistrasi di tiga wilayah kota kabupaten yaitu kabupaten Sleman, kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
FKWA juga telah berhasil mengajak kerjasama dengan semua pihak yang terdiri dari akademisi, pemerintah , LSM dan juga swasta . karena di sadari betul oleh FKWA bahwa menangani sungai tidak bisa sendiri. Untuk itu melalui karya nyata ini FKWA ingin berbagi dan merekomendasikan kepada semua pegiat sungai tahapan tahapan yang telah dilakukan oleh FKWA dalam upayanya membangun peran masyarakat melakukan penataan kawasan sungai .