MEMBANGUN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SUNGAI
1.
PROFIL
FKWA
a. Latar belakang
Sungai Winongo adalah sungai yang berhulu dari
merapi yang berada di Kabupaten Sleman, melewati kota Yogyakarta dan bermuara
di Pantai Samas untuk winongo kecil dan di sungai Opak untuk Winongo besar.
Sungai Winongo sendiri memiliki 3 hulu yaitu
sungai Denggung, Sungai Doso dan Sungai Duren yang keberadaannya di wilayah
kecamatan Turi dan baru menjadi nama sungai winongo ketika sudah memasuki
kecamatan Mlati kabupaten Sleman. Ditengah aliran sungai yang masuk ke kota ada
aliran sungai kecil yang juga masuk ke sungai winongo yaitu sungai buntung.
Secara keseluruhan panjang sungai winongo dari
hulu hingga hilir mencapai 49,7 Km . dan melewati 19 kecamatan dari hulu hingga
hilir. Yaitu 6 Kecamatan di Kabupaten Sleman , 6 Kecamatan di Kota Yogyakarta
dan 7 Kecamatan di Kabupaten Bantul. Dengan luas Das 12.300 ha.
Kondisi sungai winongo dari hulu hingga hilir
mengalami berbagai persoalan diantaranya dari hulu sendiri kita temui adanya
penebangan pohon pohon dan pengalihan lahan dari lahan untuk pohon pohon besar
menjadi lahan – lahan pertanian , yang artinya di atas pohon pohon yang menjadi
penyangga air menjadi tidak ada dan berakibat pada turunnya debit air.
Sementara sumber sumber mata air yang ada di hulu di ambil untuk kepentingan
komersial dijual untuk ketersediaan air bersih di kota. Setiap hari saja ada
sekitar 30 truk tangki perhari yang mengambil air sumber di hulu sungai.
Sementara di perkotaan sungai terus di desak
dengan adanya pemukiman penduduk, sepadan dijadikan tempat tinggal, hal ini
menjadikan sungai semakin sempit . ditambah prilaku masyarakat yang menjadikan
sungai sebagai tepat pembuangan sampah dan juga buruknya sanitasi masyarakat
dalam membuang limbah rumah tangga tanpa proses menjadikan kualitas air sungai
tercemar.
Sedang
di hilir yang menampung aliran air
sungai dari hulu dan tengah perkotaan menerima kualitas air yang buruk, padahal
di bagian hilir air sungai winongo di manfaatkan untuk pertanian.
Untuk mengatasi persoalan –
persoalan Forum komunikasi Winongo Asri yang telah tergabung dalam satu lembaga
penanganan sungai dari hulu hilir bersepakat untuk kembali merumuskan visi misi
sesuai dengan kondisi yang ada dengan
memahami koridor sungai . Dimana penanganan
sungai dari hulu hingga hilir tidak bisa hanya menangani sungainya,
tetapi harus juga di lihat sepadannya, permukimannya dan juga prilaku
masyarakatnya.
b. Sejarah
Berdirinya
Forum Komunikasi
Winongo Asri yang kemudian disingkat FKWA berdiri pada tanggal 16 Agustus 2009
dan di kukuhkan oleh Bapak Herry Zudianto Walikota Yogyakarta di kampung
Serangan Kelurahan Notoprajan Kecamatan
Ngampilan Yogyakarta.
Sebelum
pengukuhan dilakukan sosialisasi ke masyarakat dengan dukungan dari Bappeda
kota Yogyakarta dengan melibatkan 54 RW yang ada di kota Yogyakarta, yang
kemudian dari 54 RW tersebut bersepakat untuk membentuk forum komunikasi dalam
menangani permasalahan sungai dengan nama Forum Komunikasi Winongo Asri.
Dalam membangun
koordinasi FKWA kemudian membagi wilayah kerjanya menjadi 3 zona yang di tandai
dengan pembatas jembatan yaitu :
1. Zona utara : dari jembatan Jambon sampai dengan jembatan
PETA
2. Zona Tengah :
dari jembatan PETA sampai dengan jembatan Serangan
3. Zona Selatan :
dari jembatan Serangan sampai dengan Perbatasan Bantul Dongkelan.
Dan
karena jangkauan komunikasinya masih sangat besar maka kemudian FKWA membagi
lagi menjadi 8 titik / kelompok . dan setiap zona membawahi kelompok kelompok
kecil tersebut. Dalam setiap kelompok di bentuk tidak melihat wilayah
administrasi tetapi atas dasar wilayah geografis dengan melibatkan kanan – kiri
sungai dan membatasi dengan jembatan kecil yang kemudian terbentuk 8 titik /
kelompok . dimana setiap kelompoknya membawahi 7 – 10 RW yang diantaranya adalah :
1. Kelompok Becak
Maju : dari jembatan jambon sampai jembatan jatimulyo
2.
Kelompok Bendolole : dari jembatan Jambon sampai jembatan kyai Mojo
3.
Kelompok Tombro: dari jembatan Kyai Mojo sampai
jembatan PETA
4.
Kelompok Greskap :
dari jembatan PETA samapai jembatan merah
5.
Kelampok Pakalan :dari jembatan merah sampai
jembatan Serangan
6.
Kelompok Wiranata : dari jembatan Serangan sampai
jembatan Taman sari
7.
Kelompok Pandu Wijayan : dari jembatan Tamansari
sampai jembatan Bugisan
8. Kelompok Dukuh
Julantoro : dari jembatan Bugisan sampai perbatasan Bantul
Dalam
mengatasi persoalan di sungai FKWA
mengunakan pendekatan potensi, dimana masyarakat di ajak bermimpi menata sungai , yang selanjutnya gambar
gambar mimpi ini oleh Bappeda Kota di dorong lagi dengan adanya lomba penataan
kawasan sungai. Di sini masyarakat yang terdiri dari 8 kelompok tadi di minta
untuk menyusun proposal penataan kawasan sungai. Bagi pemenang selanjutnya akan
di berikan dana stimulant untuk merealisasikan mimpi – mimpi penataan kawasan
tersebut. Dan hal ini terbukti berhasil dengan kemudian pada tahun 2010 – 2011
dengan anggaran Bappeda Kota FKWA mampu merubah kawasan bantaran sungai yang
penuh dengan sampah menjadi kawasan Ruang Terbuka Hijau.
Di
sadari oleh FKWA bahwa menangani sungai tidak bisa hanya satu penggal di kota.
Menangani sungai harus dari mulai hulu hingga hilir, menyadari hal tersebut
FKWA Kota pada tahun 2013 mengajak masyarakat di Mlati Sleman untuk membentuk
kelompok peduli sungai . dan dengan di fasilitasi BBWS.SO pada dibentuklah FKWA
Sleman dan kemudian berlanjut ke pembentukan FKWA Sleman di hulu dan tengah
juga .
Pada
tahun yang sama juga dilakukan pembentukan kelompok di Kabupatan Bantul . yang juga kemudian menjadi FKWA Bantul. Yang selanjutnya dalam koordinasinya dari
FKWA Kota kemudian FKWA Sleman, FKWA Bantul menjadi satu kesatuan dalam satu
koordinasi FKWA DIY.
Slogan Forum Komunikasi Winongo Asri
“ WINONGO
WISATAKU “
c.
VISI & MISI
VISI
:
Mewujudkan Sungai Winongo Bersih, Sehat,
Produktif .
MISI
:
1)
Melakukan upaya konservasi dan penyelamatan mata
air untuk menjamin ketersediaan air baku.
2) Melakukan upaya
peningkatan lingkungan pemukiman dan permukiman yang sehat
3) Meningkatkan
kehidupan dan penghidupan masyarakat lingkungan sungai menjadi lebih produktif.
4)
Membangun perubahan prilaku atau budaya di masyarakat terhadap sungai Winongo
Dari
visi misi tersebut lalu FKWA mencoba mengangkat 3 (tiga) isu strategis yaitu :
1. Hulu : Konservasi
Karena hulu adalah daerah penyangga yang
menyediakan suplai air , maka upaya
konservasi dan penyelamatan amata air itu menjadi hal utama yang
dilakukan di hulu sungai .
2.
Tengah : M3K (Mundur Munggah Madhep Kali)
Tengah yang merupakan wilayah perkotaan, musuh
sungai adalah pemukiman. Sehingga gerakan M3K dimaksudkan untuk mengajak
masyarakat mau menjauh dari bibir sungai minimal 3 meter dan menaikkan rumahnya
serta menghadapkan rumahnya ke sungai.
Gerakan ini di maksudkan selain untuk mengembalikan ruang sepadan
sungai, juga dalam rangka upaya mitigasi bencana. Dan jika sudh bersedia
menjauh dari bibir sungai maka ruang yang ada bisa dijadikan jalan dan
menangani masalah sanitasi.
3.
Hilir :
Suaka Ikan
Maksud dari kegiatan suaka ikan adalah mengajak
masyarakat membudidayakan ikan ikan endemic yang ada di sungai. Selain itu
tujuan dari Suaka Ikan adalah mengajak masyarakat untuk mengenali lingkungan
sungainya dengan cara mengamati hewan hewan yang hidup di sungai, jika yang
ditemui hanya ikan sapu sapu maka bisa dipastikan bahwa kualitas air sungai
buruk dan itu bisa jadi kualitas air sumur warga yang ada di bantaran sungai
juga pasti tercemar.
d. Struktur
Organisasi
Dalam menjalankan organisasi FKWA membangun
struktur organisasi untuk memudahkan menjalankan program programnya mencapai tujuan akhirnya .
Struktur
FKWA
Ketua
FKWA DIY : Endang Rohjiani ,SH
Koordinator
Program : A.
Ariyanto Nugroho
Bid. Pendampingan : Yoga Nugroho Utomo
Bid. Pendidikan dan Pelatihan: Pajar
Hatma Indra Jaya
Bid. Penelitian dan Data :
Haryo Jayeng Rono
Bid. Advokasi : Unggul Ardhi
Kesekretariatan : Marwan Arpans
Keuangan : Nur Fitri Indah Kumalasari
Koordinator
wilayah Sleman : Waljiyanto
Koordinator
Wilayah Kota : Oleg Yohan
Koordinator
Wilayah Bantul : Bardikari
Selanjutnya
masing – masing coordinator wilayah Sleman, Kota dan Bantul dibantu oleh ketua
– ketua kelompok yang ada . untuk wilayah Sleman terbagi menjadi 3 kelompok
yaitu kelompok zona Utara, Tengah dan Selatan. Sedang untuk Kota dibantu dengan
8 kelompok yaitu kelompok Becak Maju, Kelp Bendolole, Kelp Tombro , Kelp
Greskap,Kelp Pakalan, Kelp Wiranata, kelp Pandu wijayan, kelp Dukuh Julantoro .
Dan untuk Koordinator Bantul dibantu oleh kelp Zona Utara, kelp Zona Tengah,
kelp Zona Selatan dan kelp Zona Barat.
e. Wilayah Kerja
Wilayah
kerja FKWA meliputi : Panjang Sungai :50,4 Km . Luas Sub Das : 12.300 Ha , Meliputi 3 Kabupaten/Kota
: Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta Dan
Kabupaten Bantul.
Dengan
Wilayah Yang Terdiri Dari 19 Kecamatan yaitu :
a.
Kabupaten Sleman ( 6 Kec )
1. Kecamatan Turi
2. Kecamatan Pakem
3. Kecamatan
Ngaglik
4. Kecamatan Sleman
5. Kecamatan Mlati
6. Kecamatan
Gamping
b.
Kota Yogyakarta ( 6 Kec ) :
1.
Kecamatan Tegalrejo
2. Kecamatan Jetis
3. Kecamatan
Gedongtengen
4. Kecamatan
Ngampilan
5. Kecamatan
Patangpuluhan
6. Kecamatan
Mantrijeron
c.
Kabupaten Bantul ( 7 Kec ):
a. Kecamatan
Kasihan
b. Kecamatan Sewon
c. Kecamatan Bantul
d. Kecamatan Jetis
e. Kecamatan Pandak
f. Kecamatan Kretek
g. Kecamatan
Bambanglipuro
2. PROGRAM
KERJA DAN KEGIATAN FKWA
Dalam upayanya menjalankan
visi misi FKWA menyusun program untuk memudahkan mencapai tujuan yang di
inginkan. Beberapa program yang di kembangkan dan telah dijalankan diantaranya
:
- KONSERVASI, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
Dalam
program konservasi beberapa kegiatan yang sudah dilakukan diantaranya :
1)
Penanaman Pohon
Kegiatan ini kita lakukan rutin dalam setiap kesempatan acara
yang mengunakan bantaran sungai akan dilakukan penanaman pohon sebagai bagian
yang wajib dilakukan. Dan secara masal
biasanya di
lakukan setahun sekali , dengan melibatkan berbagai pihak dan dilakukan dari
hulu hingga hilir. Setidaknya sudah ada lebih dari 30.000 pohon yang sudah
ditanam sejak tahun 2009 , tahun 2014 saja kita tanam pohon sebanyak 2.500
pohon dan pada awal tahun 2016 gerakan penanaman pohon sebanyak 10.000
bekerjasama dengan TNI yang ditanam dari hulu hingga hilir. Sedang untuk
pohonnya di dapat dari bantuan Balai Das dan Perhutani.
2) Pemasangan
patok Batas Lindung Sungai.
Pemasangan patok
batas lindung sungai dimaksudkan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat
untuk tidak melakukan pembangunan melebihi batas lindung tersebut. Pemasangan
patok batas lindung sebagai bagian dari poses pendidikan ke masyarakat untuk
memahami batasan sepadan sungai.
Kerjasama dengan Balai Besar Sungai Serayu Opak (BBWS.SO) dan PU DIY.
3)
Penyelamatan dan Pemanfaatan sumber mata
air
Penyelamatan sumber air kita lakukan dengan memberi papan nama
dan juga memberi bak – bak tampung , sebelum semua air masuk ke sungai.
Tujuannya untuk mengingatkan bagi pemerintah maupun siapapun yang akan
membangun talud, untuk bisa melihat keberadaan mata air dan bisa ikut serta
melindungi.
Pemanfaatannya
untuk sumber mata air di gunakan untuk kebutuhan masyarakat bantaran sungai
dalam memenuhi kebutuhan air bersih, hal ini sudah dilakukan untuk pam kampung
yang di kelola B2W ( banyu Bening Winongo)
di Badran RW 11 dengan menyalurkan airnya ke rumah rumah dan saat ini sudah ada
55 KK yang memakai , dan akan terus bertambah . untuk program ini FKWA
kerjasama dengan Yayasan Kota Kita, PU ESDM DIY, Kimpraswil Kota Yogyakarta.
4)
Suaka ikan dan Penebaran benih ikan
Suaka Ikan adalah
satu upaya budidaya ikan endemic yang ada di sungai winongo. Tetapi selain
untuk menggerakkan budidaya ikan endemic . Gerakan Suaka Ikan dimaksudkan untuk
mengajak masyarakat mengenali kehidupan di
sungai, di mana ikan – ikan endemic ataupun hewan hewan yang lainnya
bisa hidup. Tetapi jika masyarakat tidak bisa menemukan berapa jenis hewan yang
ada di sungai dan hanya bisa menemukan ikan sapu sapu , maka bisa di pastikan
bahwa sungai tercemar. Jadi suaka ikan di sini juga sebagai indicator
pengamatan sungai bagi masyarakat untuk melihat kualitas air sungai.
Penebaran benih dilakukan dalam setiap
kesempatan dan dalam setiap kegiatan yang dilakukan di sungai , maka di
wajibkan bagi penyelenggara untuk menebar benih ikan. Kegiatan ini kerjasama
dengan Dinas Perikanan dan Kelautan DIY, Dinas Perikanan Kabupaten/Kota.
- PENATAAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DAN PERMUKIMAN : PENYELAMATAN SEPADAN DAN GERAKAN M3K (MUNDUR MUNGGAH MADHEP KALI)
1)
Penyelamatan Sepadan dengan pembuatan Ruang
terbuka Hijau
Upaya
penyelamatan sepadan terutama di perkotaan dilakukan dengan menjadikan sepadan
sebagai ruang terbuka hijau. Hal ini perlu dilakukan karena di perkotaan
sepadan seringkali di gunakan oleh warga sebagai tempat pembuangan sampah,
kandang ayam dan juga jadi rumah warga.
Sejak tahun 2009 hingga sekarang sudah ada 8 titik diperkotaan ,
bantaran sungai di manfaatkan untuk ruang terbuka hijau. Dukungan program Ruang
Terbuka hijau di dapat FKWA dari kerjasama Bappeda Kota , BLH Kota dan BLH DIY.
2)
Penyelamatan sepadan dengan program M3K.
Upaya
penyelamatan juga dilakukan dengan program M3K ( Mundur, Munggah, Madhep Kali).
Tujuan dari program ini adalah mengajak masyarakat untuk mau mengeser
rumahnya yang ada di pinggir sungai minimal 3 meter dengan maksud mobil
ambulance bisa masuk. Selain itu sebenarnya dengan mundur minimal 3 meter
maksimal 15 meter maksudnya adalah
memberikan ruang bagi sungai dan juga memberikan pencegahan terhadap bencana
banjir. Kemudian Munggah artinya adalah
rumah setelah di geser kemudian bisa di mulai dengan program rumah tingkat
untuk mengembalikan ruang yang terpotong karena harus mundur. Dan yang terakhir
Madhep Kali maksudnya adalah mengajak masyarakat untuk menjadikan sungai
sebagai halaman depan. Karena jika sungai jadi halaman depan maka bisa
dipastikan bahwa sungai akan lebih bersih, orang buang sampah malu karena
terlihat dengan tetangganya. Dan jika ada peningkatan debit air, masyarakat
bisa segera tahu perubahan yang terjadi di sungai. Untuk pelaksanaan kegiatan M3K , FKWA
kerjasama dengan PU ESDM DIY, Kimpraswil Kota .
3)
Pembuatan Ipal komunal
Persoalan
perkotaan adalah masalah limbah rumah tangga yang tanpa pengelolaan langsung
masuk ke sungai dan hal ini menjadikan kualitas air sungai menjadi tercemar. Untuk menjawab masalah tersebut kami
mengusulkan adanya Ipal Komunal yang berbasis masyarakat. Karena pembangunan
ipal tanpa pelibatan masyarakat hanya akan jadi monument. Untuk itu peran FKWA
mengawal proses usulan hingga pembangunan dan pembentukan kelompok untuk
pengelolaan Ipal Komunal. Sementara untuk lokasi lokasi yang tidak ada bisa di
buat Ipal Komunal menggunakan Biofil.
4)
Pembuatan sumur resapan sehingga air hujan
tidak lagi langsung ke sungai yang berakibat banjir.
Sumur resapan
adalah salah satu cara mengurangi bencana banjir dan juga bencana kekeringan.
Bagi FKWA mendorong setiap RW untuk membuat sumur resapan adalah sebuah
kewajiban dalam upaya mitigasi bencana kebanjiran dan kekeringan. Karena dengan
memiliki sumur
resapan di setiap RW air hujan tidak langsung ke sungai tapi meresap ke tanah
yang artinya itu akan membantu ketersediaan air bersih di tanah untuk
menghadapai musim kering. Di perkotaan setiap RW memiliki minimal 5 titik sumur
resapan yang sudah di buat bersamaan program panangan kumuh di perkotaan pada
tahun 2015.
Selain itu FKWA
bekerjsama dengan Yayasan Hardjoso mencoba membuat sumur talang dimana
fungsinya sama dengan sumur resapan.
5)
Melakukan pemanenan air hujan
Pemanenan air
hujan juga menjadi solusi dalam melakukan upaya mitigasi bencana kekeringan dan
mengurangi banjir, dengan cara menangkap air hujan yang di masukkan ke tangki
air dan selanjutnya air hujan bisa di gunakan untuk keperluan sehari hari. Sampai saat ini sudah ada 20 bak pemanenan
air hujan yang ada di masyarakat bantaran sungai winongo khusunya di wilayah
kecamatan Pandak .
- PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1)
Pembentukan kelompok peduli sungai
Dalam upaya
menjaga sungai yang paling penting untuk bisa melibatkan semua warga terlibat
dalam pengelolaan sungai adalah dengan membuat kelompok peduli sungai.
Di mulai pada
tahun 2009 di kota Yogyakarta FKWA yang saat itu sudah melibatkan 54 RW yang
ada di sepanjang sungai winongo perkotaan, untuk memudahkan koordinasi
membentuk kelompok dan kelompok itu adalah:
1. Kelompok Becak
Maju
Asal kata Becak Maju dari penggabungan nama kampung yang terdiri dari
kampung Bener yang ada di sisi barat sungai dan kampung Kricak yang ada di sisi
timur sungai. Yang terdiri dari RW 01,
RW 03, RW 07 Bener dan RW 01, RW 02, RW 06 Kricak
2. Kelompok Bendolole
Asri
Nama Bendolole diambil dari nama Bendung bangun Belanda yang ada di wilayah tersebut. Kelompok ini
terdiri dari wilayah RW 04, RW 05 Bener dan RW 03, RW 08, RW09, RW 13 Kricak
serta RW 03 Bumijo.
3. Kelompok Tombro
Tombro singkatan dari nama kampung yang ada di wilayah tersebut yaitu
kampung Tompeyan , kampung Badran dan kampung Pringgokusuman. Yang terdiri dari
RW 01, RW 09, RW 11 Bumijo, RW 01, RW 03 Tegalrejo, dan RW 01 Pringgokusuman.
4. Kelompok Greskap
Kelompok ini ada di titik 4 FKWA mengunakan
nama Greskap karena kelompok ini terdiri dari 2 kampung yang ada di kanan kiri
sungai yaitu kampung Saudagaran dan kampung Pringgokusuman . yang terdiri dari
RW 02,RW 03, RW 22, RW 25 Pringgokusuman dan RW 10, RW 11, RW 12 Saudagaran.
5. Kelompok Pakalan
Bernama Pakalan karena meliputi dua kampung yang ada yaitu kampung
Pakuncen di barat sungai dan kampung Ngampilan di timur sungai dengan wilayah
RW yang meliputi Pakuncen RW 03,RW 08 Rw 10, RW 11 dan Kampung Ngampilan yang
meliputi RW 01 dan RW 02.
6. Kelompok
Wiranata
Wiranata pengabungan dari dua wilayah yaitu nama kampung Wirobrajan yang
meliputi RW 05, Rw 06 RW 07, RW 09 dan Kampung Notoprajan yang meliputi RW 01,
RW 02, RW 03, RW 04 .
7. Kelompok Pandu
Wijayan
Meliputi dua wilayah kanan kiri sungai yaitu Kampung Patangpuluhan yang
terdiri dari RW 06, RW 07 RW 10 dan Kampung Suryowijayan Gedongkiwo RW 01,RW 02
RW 06 .
8. Kelompok Dukuh
Julantoro
Wilayan ini berbatasan dengan wilayah Bantul sebelah timur sungai Kota
Yogyakarta dan sebelah barat sungai masuk wilayah Kabupaten Bantul. Untuk
kelompok ini yang kebetulan hanya terdiri dari satu wilayah yaitu wilayah
Kelurahan Gedongkiwo yang terdiri dari RW 08, RW 09, RW 11,RW 12, RW 14, RW
15,RW 17,RW 18. Nama Dukuh Julantoro diambil dari nama Kampung Dukuh dan
Julantoro karena ada irigasi yang namanya Julantoro.
Pada tahun 2013 FKWA kota mengajak wilayah hulu – hilir untuk bergabung
dan membentuk kelompok peduli sungai dan terbentuklan untuk hilir FKWA Bantul
yang terdiri dari 7 Kecamatan terbagi dalam 4 zona yaitu :
a. Zona Utara :
meliputi Kecamatan Kasihan , Kecamatan Sewon
b. Zona Tengah :
meliputi Kecamatan bantul , Kecamatan Jetis
c. Zona Selatan :
kecamatan Bambanglipuro , kecamatan Kretek
d. Zona Barat :
kecamatan Pandak
Pada tahun yang sama juga dilakukan di hulu
dengan nama kelompok FKWA Sleman terdiri dari 6 Kecamatan membagi wilayah
koordinasi menjadi 3 yaitu :
1. Zona Utara : meliputi wilayah Kecamatan
Turi,Kecamatan Pakem
2. Zona Tengah : meliputi kecamatan Ngaglik ,
Kecamatan Sleman
3. Zona Selatan : Meliputi Kecamatan Mlati ,
kecamatan Gamping
2)
Pendampingan masyarakat
Add caption |
Pendampingan juga
dilakukan untuk membantu merumuskan usulan program, melakukan dengan cara
membuat perencanaan bersama, mengusulkan ke pemerintah dan mengawal setiap
usulan untuk bisa terrealisasi dengan baik sesuai kebutuhan masyarakat.
Pendampingan juga dilakukan untuk menghadapai masalah masalah terkait
penyerobotan sepadan sungai. Beberapa kasus yang muncul diantaranya pembangunan
talud pribadi yang mematikan mata air, penyerobotan tanah public di pinggir
sungai untuk perumahan. Solusi yang kita ambil dalam penangan tersebut adalah
melakukan laporan ke pihak pihak yang berwenang.
3)
Penguatan kelembagaan
Penguatan
kelembagaan dilakukan untuk memantapkan gerak langkah FKWA dan kelompok
kelompok kecilnya dalam bentuk bentuk diskusi, pelatihan dan praktek langsung
dilapangan. Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan adalah :
1.
Pelatihan
TOT bagi Ketua RW dan tokoh masyarakat yang peduli sungai
2.
Pelatihan
TOF untuk anak muda
3.
Diskusi
– diskusi terkait dengan masalah masalah sungai dengan mengundang pakar pakar
yang konsen di bidangnya dari perguruan tinggi maupun dari paktisi serta
pemerintah.
4.
Study
banding ke Ecoton
4)
Merti Kali / Prokasih ( program kali bersih
)
Merti kali atau
prokasih (program kali bersih) dilakukan rutin bersama masyarakat, kegiatan ini
dilakukan mandiri oleh warga dan juga kerjasama dengan BLH Kota maupun BLH DIY.
Dalam kegiatan merti kali ini melibatkan warga kanan kiri sungai, tidak hanya
mengenai bagaimana membersihkan sungai dari sampah. Tetapi melalui kegiatan ini
juga muncul silaturahim antara warga kanan kiri sungai dan berdampak
peningkatan kepedulian bersama untuk menjada sungai. Ketika awalnya kegiatan
merti kali hanya sebatas bersih bersih sungai dari sampah, pada perkembangannya
dalam setiap kegiatan merti kali mulai dilakukan pemetaan potensi sungai, dari
mulai melihat mata air untuk di jaga, menemukan titik sampah dan titik limbah .
semua temuan temuan itu kemudian akan menjadi pembahasan pada pertemuan
pertemuan selanjutnya.
Kegiatan merti
kali ini dilakukan 3 bulan sekali dengan support BLH kota maupun kabupaten ,
sedang untuk kegiatan merti kali yang di dukung BLH DIY dilakukan setahun 8 –
12 kali .
5)
Pengelolaan Sampah Mandiri
Problem utama
sungai adalah sampah. Dan ini ada terkait dengan prilaku masyarakat yang menjadikan
sungai sebagai tempat pembuangan sampah terpanjang dan terbesar. Untuk
mengatasi prilaku tersebut tidak cukup
dengan melarang. Oleh karena itu FKWA bekerjasama dengan BLH Kota mendorong
masyarakat untuk membuat bank sampah sebagai solusi dalam pengelolaan sampah
mandiri dan menjadikan masyarakat tidak lagi buang sampah di sungai. Saat ini
di kota Yogyakarta yang mewajibkan setiap RW ada Bank sampah, setidaknya sudah
ada 54 RW dari 57 RW yang ada di
bantaran sungai kota Yogyakarta yang mengelola sampah secara mandiri. Sedang untuk wilayah kabupaten Sleman dan
kabupaten Bantul saat ini juga di dorong untuk melakukan hal yang sama.
6)
Penguatan ekonomi masyarakat
Penguatan ekonomi
yang kami lakukan bukan memberi modal. Tetapi kami mengajak masyarakat untuk
turut serta menjaga sungai , karena jika sungai bersih , sehat lingkungannya
maka dengan sendirinya masyarakat akan suka datang ke sungai untuk sekedar
melepas lelah.
Mimpi FKWA adalah
winongo wisataku dan dengan menjadikan sungai sebagai salah satu alternative
wisata maka perekonomian warga bantaran sungai juga akan meningkat. Hal ini
sudah terbukti dengan adanya penataan kawasan sungai winongo di titik 1 Becak Maju dengan menjadikan
kawasan tersebut sebagai kampung wisata, saat ini beberapa warung makan mulai
muncul untuk memenuhi kebutuhan warga yang datang.
7)
Festival winongo
Festival winongo
adalah media kampaye bagi FKWA untuk mengajak masyarakat peduli sungai.
Kegiatan ini dilakukan setahun sekali dan
biasanya akan dilakukan bulan September – Oktober. Di dalam kegiatan festival berbagai acara di
gelar dari mulai lomba melukis dan mewarnai dengan tema sungai, bazar potensi
sosial dan ekonomi masyarakat , penanaman phpn , penebaran benih dan pentas
seni sebagai cara untuk menyampaikan bahwa sungai adalah ruang yang nyaman
untuk berinteraksi untuk itu sungai harus di jaga , di pelihara dan di
lestarikan.
- PAWIYATAN WINONGO ASRI (SEKOLAH SUNGAI )
Pawiyatan Winongo Asri adalah sekolah
sungai yang bertujuan membangun
kepedulian dan prilaku masyarakat terhadap lingkungan sungai. Harapannya
melalui Pawiyatan Winongo Asri ini pengenalan tentang sungai akan lebih
efektif. Kegiatan Pawiyatan Winongo Asri ini dilakukan dari mulai anak anak
hingga dewasa dengan melibatkan anak anak PAUD/TK , SD,SMP ,SMA dan juga
mahasiswa. Pelibatan anak anak sekolah ini untuk memberikan pendidikan sejak
dini tentang lingkungan sungai. Beberapa materi diberikan mulai dari pengenalan
sungai potensi dan masalahnya, pengelolaan sampah mandiri sebagai solusi
pengurangan sampah dan juga memberi pemahaman anak anak tentang kualitas air
dengan cara biotilik.
Kegiatan ini juga melibatkan sekolah
sekolah adiwiyata . beberapa kegiatan yang sudah kita lakukan diantaranya :
1. Penyusunan modul sekolah sungai
2. Workshop sekolah sungai
3. Sekolah sungai bersama anak – anak TK,SD,
SMA dengan materi Biotilik
4. Diskusi bersama dengan pemuda terkait
sungai .
3.
DAMPAK
PENATAAN KAWASAN SUNGAI
Dampak
dari kegiatan yang telah dilakukan oleh Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA)
diantaranya :
a. Adanya perubahan prilaku yang semula buang
sampah ke sungai saat ini sudah mulai berkurang dengan adanya solusi Bank
Sampah yang saat ini di kota ada 54 Bank Sampah yang di sepanjang sungai
winongo.
b. Adanya perubahan kondisi yang semula
pinggir sungai adalah tempat sampah saat ini dudah di rubah menjadi satu
kawasan hijau dan jadi ruang public.
c. Sudah adanya pengurangan karamba yang ada
di tengah sungai karena menghambat arus air sungai.
d. Di kota Yogyakarta bantaran sungai yang awalnya
adalah tempat sampah dan kandang ayam sekarang sudah ada 8 lokasi yang di
benahi dan menjadi Ruang Terbuka Hijau di bantaran sungai.
e. Gerakan peduli sungai yang di mulai FKWA
dari kota Yogyakarta tahun 2009 , telah berhasil mengajak masyarakat bantaran
sungai yang ada di hulu sungai winongo dan hilir sungai winongo dengan
terbentuknya FKWA Sleman dan FKWA Bantul.
f. Kegiatan – kegiatan FKWA juga sudah di tiru
oleh komunitas komunitas yang lainnya dengan tumbuhnya komunitas komunitas
sungai yang saat ini ada banyak di kota Yogyakarta maupun di wilayah lainnya.
g. Adanya penghargaan yang diterima oleh FKWA
sebagai salah satu komunitas sungai yang melakukan upaya penataan kawasan
sungai terbaik oleh PU pada tahun 2013.
4. DUKUNGAN DAN KERJASAMA
FKWA
tidak mungkin bekerja sendiri dalam upayanya menjaga sungai dan melakukan upaya
bersih sungai. Ada berbagai pihak yang terlibat didalamnya dalam upaya menjaga
sungai diantaranya :
a. Bappeda Kota – bekerjasama dengan FKWA
sejak awal berdirinya hingga sekarang dalam upaya melakukan pendampingan
masyarakat dalam menyusun rencana penataan kawasan dan memasukkannya kedalam
usulan program ke musrenbang sungai. Bappeda Kota juga yang sejak awal membantu
pendanaan dalam penataan kawasan sungai di bantaran dengan Ruang terbuka hijau
melalui lomba yang di selenggarakan sehingga masyarakat bisa mengusulkan
penataan kawasan sungai sesuai dengan ide dan gagasan masyarakat. Pembangunan Ruang Publik yang dilakukan
bersama dengan Bappeda Kota adalah penataan kawasan di titik 1 Becak Maju,
titik 3 tombro, titik 4 Greskap, titik 6 Wiranata, Titik 8 Dukuh Julantoro.
b. BLH Kota – kerjasama yang dilakukan dalam
bentuk sosialisasi pengelolaan sampah mandiri dan pendirian Bank Sampah ,
Program kali bersih dimana setiap tiga bulan sekali dilakukan kerjabakti
bersama bersih – bersih sungai dan juga pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang
dilakukan BLH Kota di bantaran sungai
yaitu di RW 18 Gedongkiwo, RW 11
Bumijo dan RW 3 Bener.
c. BLH Kabupaten Bantul dan Sleman – kerjasama
dilakukan dalam bentuk pendampingan , sosialisasi dan juga bersih sungai
bersama masyarakat.
d. BLH DIY – kerjasama dilakukan dalam bentuk
sosialisasi pengelolaan sampah dan juga kegiatan Merti Kali serta pembuatan
Ruang Terbuka Hijau.
e. PU – PSDA – kerjasama dilakukan dalam
bentuk pendampingan masyarakat dalam upaya membangun kesadaran masyarakat untuk
peduli sungai.
f. PU – ESDM – Satker bankim – kerjasama
dengan FKWA dalam bentuk penanganan kawasan kumuh tahun 2015.
g. PU – SDA – kerjasama dalam bentuk kegiatan
kegiatan festival dan pendampingan masyarakat.
h. BBWS.SO – kerjasama dilakukan dalam bentuk
pendampingan masyarakat.
i. Univ. Kristen Duta Wacana –(UKDW) kerjasama
dilakukan dalam bentuk pendampingan masyarakat dalam upaya penataan kawasan sungai.
j. UGM – kerjasama pendampingan dan KKN
tematik
k. Yayasan HDS – kerjasama pendampingan
l. Sekolah SD Winongo dan SMA N 2 Bantul
kerjasama dalam sekolah sungai.
m. LSM satunama – kerjasama dalam pendampingan
dan peningkatan kapasitas SDM FKWA.
5.
KENDALA
– KENDALA
Kendala – kendala FKWA dalam upaya mewujudkan sungai bersih, sehat
dan produktif adalah :
a. Merubah prilaku masyarakat dalam membuang
sampah ke sungai, karena dari masyarakat bantaran sungai sadar tetapi
masyarakat yang diluar bantaran sungai masih saja ada yang buang sampah lewat
jembatan, dan hal ini menjadi kesulitan tersendiri untuk melakukan upaya
peneguran maupun melakukan tidakan peringatan karena biasanya mereka
mengendarai motor dan dilakukan malam hari.
b. Masih adanya pola pikir dimasyarakat bahwa
menata sungai harus talud massif, padahal ini tidak selalu benar, sehingga
upaya membangun kesadaran masyarakat khusunya diperkotaan untuk tidak selalu
mentalud massif bantaran sungai menjadi usaha tersendiri bagi FKWA , disamping
pemerintah sendiri yang juga harus bisa merubah kebijakan penalutan massif
menjadi talud yang ramah lingkungan.
c. SDM di FKWA semua masih relawan dan ini
menjadi kesulitan tersendiri dalam upaya terus menjaga semangat dan melakukan
upaya kaderisasi . di butuhkan managemen SDM yang memadahi untuk menjaga
lembaga ini dalam upayanya menjaga sungai.
d. Tidak adanya peralatan seperti alat
pemotong kayu dan juga kendaraan roda tiga yang dibutuhkan untuk membersihkan
sungai, karena sungai kadang tertutup oleh bambu dan medan yang sempit
menjadikan kesulitan tersendiri untuk mengeluarkan sampah dari sungai. Jadi
sangat penting bagi kami untuk ada alat alat yang bisa mendukung membersihkan
sungai.
6. HARAPAN
Harapan
yang ingin di capai oleh FKWA dalam melakukan upaya pengelolaan dan penataan
kawasan sungai winongo, ingin menjadikan sungai winongo sebagai tempat wisata
pendidikan bagi masyarakat.
Untuk
bisa mencapai hal tersebut beberapa harapan yang ingin di wujudkan untuk
mendukung harapan tersebut diantaranya adanya pendampingan untuk peningkatan
kapasitas SDM pengelola atau pegiat sungai.
Membangun system informasi pengelolaan sumber daya air dalam bentuk web
ataupun media sosial lainnya, membangun gerakan sosial peduli sungai sebagai
bagian dari gaya hidup anak muda, dan
yang lebih penting adalah FKWA sangat berharap ada bantuan modal usaha untuk
membuat souvenir dan alat atau media pendidikan sekolah sungai sebagai usaha
membangun system pendanaan guna menjalankan
program program dan kegiatan FKWA dalam menjaga sungai.
7. RENCANA TINDAK LANJUT
Rencana
kedepan FKWA dalam upaya menjaga sungai adalah mengelolanya dari hulu hingga
hilir, dengan memahami koridor sungai sebagai batasan dalam melakukan upaya
penataanan kawasan sungai. Dan menggunakan konsep satu sungai, satu perencanaan
dan satu manajemen. Karena mengelola sungai tidak bisa lepas antara hulu dan
hilir.
FKWA
juga akan terus melakukan penguatan SDM pengelola dan melakukan kaderisasi
dengan sasaran anak muda, agar supaya sungai tetap terus terjaga dari generasi
ke generasi.
Membangun
system informasi terpadu terkait pengelolaan sumber daya air yang ada di sungai
winongo .
Menjadikan
kawasan kawasan strategis di sungai winongo sebagai kawasan wisata pendidikan
dan membangun unit usaha sebagai upaya kemandirian organisasi FKWA dalam usaha
menjaga sungai.
8. PENUTUP
Peran
masyarakat dalam upaya penataan kawasan sungai winongo telah dibuktikan oleh
Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) sejak tahun 2009. FKWA telah berhasil melakukan upaya penataan
kawasan bantaran sungai yang awalnya kumuh menjadi satu area ruang terbuka
hijau di wilayah perkotaan. FKWA juga telah berhasil mengajak masyarakat yang
ada di hulu sungai winongo hingga hilir winongo terlibat dalam menjaga sungai.
Hal ini terbukti dengan terbentuknya FKWA Sleman dan juga FKWA Bantul . dan dengan konsep penanganan satu sungai satu
perencanaan dan satu lembaga FKWA telah berhasil menyatukan masyarakat dari
hulu hingga hilir dalam satu kesatuan lembaga pengelolan sungai yaitu FKWA.
Meskipun
sungai winongo melewati batas admisistrasi di tiga wilayah kota kabupaten yaitu
kabupaten Sleman, kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
FKWA
juga telah berhasil mengajak kerjasama dengan semua pihak yang terdiri dari
akademisi, pemerintah , LSM dan juga swasta . karena di sadari betul oleh FKWA
bahwa menangani sungai tidak bisa sendiri. Untuk itu melalui karya nyata ini
FKWA ingin berbagi dan merekomendasikan kepada semua pegiat sungai tahapan
tahapan yang telah dilakukan oleh FKWA dalam upayanya membangun peran
masyarakat melakukan penataan kawasan sungai .